Pil KB Pria Pertama di Dunia, Asli dari Indonesia
Adalah Prof. Dr. Bambang Prajogo E. W., Apt., MS, pengajar dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya, orang yang meneliti pil KB pria pertama di dunia tersebut. Sejak tahun 1985, Prof Bambang sudah 'mengotak-atik' Justicia Gendarussa, tanaman perdu yang banyak tumbuh di tanah Papua.
Bermula dari informasi bahwa ada satu suku di Papua, di mana pria mengonsumsi tanaman Justicia Gendarussa untuk mencegah kehamilan istri yang belum dibayarkan maharnya. Pasangan ini sudah menikah tapi belum diperbolehkan memiliki keturunan karena belum membayar mahal.
"Jadi di sana (Papua), penggunaannya 30 menit sebelum berhubungan. Tapi itu kan masih empiris. Lalu kita teliti, ternyata memang secara ilmiah dapat menurunkan aktivitas dari sperma," jelas Prof. Dr. Bambang Prajogo E. W., Apt., MS, saat ditemui dalam acara Press Tour & Gathering Kementerian Riset dan Teknologi di Lembaga Penyakit Tropis, Universitas Airlangga,
Menurut Prof Bambang, pil KB ini bersifat non-hormonal, yang artinya tidak memberikan efek samping apapun pada tubuh. Kandungan flavanoid khusus yang ada didalamnya bekerja dengan menghambat kerja enzim pada sperma yang bertugas menembus selaput sel telur.
"Jadi yang dihambat adalah enzimnya. Enzim ini berfungsi untuk menembus selaput sel telur sehingga sperma bisa masuk, jadi semacam pembuka jalan. Nah, enzim ini di-inactive oleh kandungan flavanoid dalam Genderussa," lanjut Prof Bambang yang memang menggeluti bidang konstrasepsi pria.
Pil KB pria pertama di dunia ini sudah dipatenkan pada tahun 2009, bahkan pernah mendapatkan Anugerah Kekayaan Intelektual dari Presiden RI pada tahun 2010.
Meski belum dipasarkan, pil KB pria ini sudah melalui uji klinis fase III, yang sudah diujikan pada 350 subjek pasangan usia subur. Tim Prof Bambang sendiri tengah berencana melakukan registrasi BPOM. Bila registrasi bisa diperoleh tahun ini, maka di tahun 2014 mendatang pil KB pria ini sudah bisa ada di tangan Anda.
"Peneliti dari Amerika juga membantu untuk registrasi ke FDA (Pengawas Obat dan makanan Amerika). Jadi ini gunanya global, tidak hanya untuk masyarakat Indonesia. Ya bisa dikatakan ini satu-satunya di dunia," tandas Prof Bambang.