Sejarah Perkembangan Islam di Jerman
SEJARAH MASUKNYA ISLAM di JERMAN
Sebenarnya islam sudah dikenal oleh bangsa Jerman sejak zaman pendudukan Kekhalifahan Islam di Spanyol. Pada saat itulah kekuasaan dan kemajuan dunia islam disegani oleh bangsa-bangsa Eropa. Andalusia dijadikan pusat pengembangan ilmu pengetahuan dibawah Kekhalifahan Islam. Eropa mulai memasuki abad pertengahan, mereka menyebutnya sebagai zaman kegelapan atau The Dark Age. Memang tepat sekali sebutan tersebut bagi bangsa Eropa pada zaman itu. Ekspansi dan kemajuan besar-besaran Kekhalifahan Islam baik dibidang politik, ekonomi, budaya, dan ilmu pengetahuan jauh melampaui bangsa Eropa. Pada zaman perang salib, peperangan terjadi antara kaum muslim dengan bangsa Eropa, terutama Perancis, Jerman dan Inggris. Setelah perang salib berakhir, toleransi antar agama dan kebudayaan pun berlangsung. Di saat itulah bangsa Eropa termasuk Jerman mulai mengenal lebih jauh tentang Islam. Sastrawan nomor satu di Jerman, Wolfgang von Goethe, adalah seorang pengagum Muhammad saw. Harian Republika pernah memuat biografi tentang Wolfgang von Goethe pada rubrik dunia islam. Dikatakan pada tulisan tersebut bahwa von Goethe memasukan ajaran-ajaran islam pada hasil karyanya. Tulisan basmallah pun menghiasi buku-buku yang dibuatnya. Pada akhir khayatnya beliau mengucapkan dua kalimat syahadat. Hubungan antara Jerman dan Islam terus berlanjut. Seperti yang diungkap pada harian Medan Waspada, bahwa pada tahun 1739, raja Friedrich Wilhelm I mendirikan sebuah masjid di kota Potsdam untuk tentaranya yang beragama islam, mereka disebut dengan nama pasukan Muhammadaner. Mereka juga diberikan jaminan kebebasan beribadah. Pada Pebruari 1807 pasukan Muhammadaner membantu raja Wilhelm memerangi Napoleon dari Perancis. Bersama pasukan Jerman lainnya, mereka pun memerangi Rusia dan Polandia. Pada satu resimen bernama Towarczy, 1220 tentara beragama Islam dan 1320 tentara lainnya beragama kristen. Pada zaman itu, kaum muslim di Jerman selain menjadi tentara, mereka juga banyak yang menjadi pedagang, diplomat, ilmuwan, dan penulis. Pada saat Perang Dunia Pertama, Jerman kembali bersekutu dengan tentara muslim dari Kekhalifahan Turki. Hal ini membuat komunitas muslim di Jerman bertambah banyak dan makin menguatkan eksistensinya. Lembaga Muslim Jerman sudah berdiri pada tahun 1930. Antara 1933 dan 1945, tercatat lebih dari tiga ribu warga Jerman beragama Islam, dan tiga ratus di antaranya berdarah etnis Jerman. Sayangnya, pada saat kepemimpinan Hitler dan perang dunia kedua, umat islam terpecah-pecah. Kebebasan beribadah terancam. Sebagian umat islam pergi melarikan diri ke negara balkan. Setelah perang dunia kedua berakhir dengan kekalahan besar yang didapatkan Jerman, hubungan antara Jerman dan umat islam kembali terjalin. Keberadaan Islam di Jerman meningkat pada tahun 1960-an. Akibat perang dunia, negara Jerman hancur berantakan. Jerman membutuhkan banyak tenaga kerja. Para pekerja berdatangan dari Italia, Turki dan Eropa Timur untuk membangun Jerman kembali. Setelah kontrak kerja mereka selesai, para pekerja ini menolak untuk pulang ke negara mereka, bahkan mereka mendatangkan keluarga-keluarganya untuk tinggal menetap di Jerman. Berlin menjadi kota dengan jumlah komunitas Turki terbesar setelah Istanbul. Umat muslim dari Yugoslavia dan Iran pun berdatangan dan menetap di Jerman. Hal-hal tersebut membuat jumlah penduduk yang beragama Islam di Jerman mencapai lebih dari dua juta jiwa pada awal tahun 1990.
Pembicaraan mengenai Islam dan komunitas Muslim di negara-negara Barat kini menjadi salah satu topik menarik. Hal ini tidak hanya karena perkembangnya yang cukup signifikan tapi juga karena memberi dampak terhadap kehidupan sosial politik negara-negara tersebut. Di sebagian besar negara-negara Eropa Islam kini telah menjadi agama terbesar kedua dan keberadaanya saat ini mulai diperhitungkan sebagai agama yang “diakui” pemerintah. Salah satu negara Eropah yang memiliki penduduk Muslim yang besar adalah Jerman, dengan jumlah berkisar 3.7 juta jiwa. Tulisan ini mencoba memaparkan sekilas tentang perkembangan Islam di Jerman, yang sebagian berasal dari pengalaman penulis selama enam tahun berada di negeri tersebut.
Komunitas Muslim di Jerman
Keberadaaan orang-orang Islam pertama sekali di negeri Jerman tidak terlepas dari masuknya bangsa Turki ke wilayah tersebut di akhir abad ke 17 yang merupakan respons perlawanan terhadap kolonialisme Barat. Mereka menetap dan berketurunan di wilayah tersebut. Ketika bangkitnya industri-industri di Eropah, banyak warga Muslim dari Turki dan Timur Tengah melakukan migrasi untuk mencari pekerjaan ke Eropah termasuk Jerman. Tahun 1961, 1963, dan 1965 orang-orang keturunan Turki, Maroko, dan Tunisia direkrut sebagai pekerja di Jerman atas persetujuan antara pemerintah Jerman dengan negara-negara bersangkutan. Belakangan warga Muslim dari Libanon, Palestina, Afganistan, Aljazair, Iran, Iran dan Bosnia juga datang ke Jerman mengungsi karena negara mereka dilanda perang. Karena merupakan negara maju, Jerman juga menjadi target bisnis dan pendidikan. Banyak para profesional, pebisnis, pekerja dan mahasiswa Muslim dari India, Pakistan, dan Asia Tenggara datang dan sebagian menetap di sana.
Jumlah penduduk Muslim di Jerman saat ini berkisar 3,7 juta jiwa. Mayoritas adalah keturunan Turki dengan jumlah lebih dari 2 juta orang. Menurut statistik tahun 1999, komposisi kaum Muslim di negeri ini adalah sbb: Turki 2.053.564, Bosnia 167.690, Iran 116.446, Marokko 81.450, Afghanistan 71.955, Libanon 54.063, Pakistan 36.924, Tunisia 26.396, Syiria 19.055, Aljazair 17.705, Irak 16.745, Mesir 13.455, Yordania 12.249, Albania 10.528, Indonesia 9.470, Somalia 8.248, Banglades 7.156, Sudan 4.615, Malaysia 3.084, Senegal, 2.509, Gambia 2.371, Libya 1.898, Kirgistan 1.662, Azerbaijan 1.399, Guinea 1.287, Usbekistan 1.249, Yaman 1.083. Tidak jelas berapa jumlah Muslim yang berasal dari Jerman sendiri. Satu laporan dari Lembaga Statistik Khusus umat Islam di Jerman menyebutkan sedikitnya 18.000-an orang, namun ada dugaan menyebutkan sekitar 40.000 orang.
Konversi Agama ke Islam
Satu fenomena yang menarik belakangan bahwa tingkat konversi orang-orang Jerman ke Islam cukup tinggi. Majalah ternama Jerman Der Spiegel pernah menyebutkan bahwa antara Juli 2004 dan Juni 2005 saja terdapat sekitar 4000 orang di Jerman masuk Islam (lihat juga laporan RTL: http://www.youtube. com/watch?v=mhMdTjLXo). Kebanyakan para muallaf berasal dari kalangan terpelajar. Menariknya, fenomena ini terjadi justru disaat media-media Barat gencar mengaitkan Islam dengan terorisme.
Apa motivasi masuknya orang-orang Jerman ke Islam? Monika Wohlrab-Sahr dari Institut für Kulturwissenschaften Universitas Leipzig dalam studinya menyatakan “viele auf der Suche nach dem “Andersartigen” (banyak yang sedang mencari “bentuk lain”). Dalam banyak kasus, katanya. “..die Konvertiten meist aus einer vorangegangenen Lebenskrise heraus den Islam entdeckten und nicht, wie oft im Nachhinein geschildert werde, ein tatsächlicher Vergleich mit anderen Religionen stattgefunden habe. (Banyak pelaku konversi tersebut mengalami problematika kehidupan dan menemukan solusi dalam Islam, bukan karena membanding-bandingkannya dengan agama lain, sebagaimana yang kerap digambarkan). Monika menyebutkan bahwa penekanan terhadap kedisiplinan dan kepatuhan dalam Islam lebih kuat. Salah seorang muallaf menyebutkan tertarik pada Islam karena ajaran ini paling jelas merinci tuntunan hidup bagi umatnya. Ada juga yang mengakui meski Islam saat mundur dari peradaban Barat, namun ajarannya tetap relevan hingga saat ini.
Kebebasan Beragama
Di Jerman, kebebasan beragama dijamin oleh Undang-Undang. Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Dasar Jerman (Grundgesetz) menyebutkan Die Freiheit des Glaubens, des Gewissens und die Freiheit des religiösen und weltanschaulichen Bekenntnisses sind unverletzlich. (Kebebasan beragama dan memiliki pandangan filosofis hidup tidak boleh diganggu). Memang belakangan terdapat beberapa kasus dimana warga Muslim mendapat diskriminasi di Jerman misalnya dalam masalah jilbab. Namun hal ini bukanlah kasus yang fenomenal dan tidak merubah kebijakan pemerintah Jerman terhadap umat Islam. Secara umum, masyarakat Jerman sangat menghargai kebebasan beragama. Sebuah survey yang pernah dilakukan Stiftung Konrad Adenauer menunjukkan bahwa dua pertiga peserta polling percaya bahwa umat Islam harus diberikan kebebasan untuk melaksanakan ajaran agama mereka.
Organisasi-organisasi Islam di Jerman umumnya berafilisasi kepada kelompok-kelompok kultural seperti tersebut diatas. Namun belakangan ada upaya-upaya penyatuan dengan membuat lembaga yang berfungsi sebagai mediator dan pemersatu berbagai organisasi yang ada.
Pendidikan Islam Formal
Berbeda dengan kebanyakan negara-negara lain di Eropa, Jerman dalam perkembangan terakhir, mulai memperbolehkan pelajaran agama Islam bagi para pelajar Muslim di sekolah-sekolah umum. Biasanya pelajaran agama dilakukan orang-orang Islam secara non-formal di mesjid-mesjid atau kelompok-kelompok masyarakat. Kebijakan baru yang merupakan hasil dari penggodokan bersama antara pemerintah Jerman dan komunitas Muslim di Jerman ini adalah salah satu upaya mendukung proses integrasi sosial Muslim di Jerman. Menurut Wolfgang Schrauber, Menteri Dalam Negeri Jerman, kebijakan tersebut dapat menjembatani perbedaan yang kerap timbul.
Tidak hanya di level sekolah, pendidikan Islam juga mulai diperkenalkan pada tingkat akademik dengan membuka Jurusan Teologi Islam di perguruan tinggi di Jerman. Pendidikan pada tingkat akademik ini dianggap dapat memberi solusi terhadap masalah kehidupan Muslim dalam keragaman dan juga dapat mengangkat isu partisipasi mereka dalam diskursus politik di negara tersebut.
Mesjid Sebagai Pusat Pembinaan.
Karena tidak adanya infrastruktur keagamaan formal, mesjid-mesjid di Jerman memiliki peran yang sangat penting dalam pembinaan komunitas Muslim. Mesjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tapi juga sebagai tempat pendidikan/pengajaran, pertemuan sosial keagamaan, acara perkawinan, dan pusat bisnis. Karenanya tidak sedikit mesjid yang memiliki toko, restoran, perpustakaan, dan ruang pertemuan. Saat ini jumlah mesjid di Jerman berkisar 2000, namun sebagian besar tidak dalam bentuknya yang umum, melainkan ruko-ruko yang berada dekat pusat bisnis dan perumahan kaum Muslim. Tuntutan kaum Muslimin untuk membangun mesjid dalam bentuknya yang umum selalu kandas di tingkat parlemen setempat. Namun sejak tahun 1990-an, banyak mesjid yang utuh dan megah di bangun. Satu laporan menyebut sekitar 200 telah terbangun dan lebih dari 30 dalam proses pembangunan.
Sebagai catatan akhir, dapat dikatakan bahwa perkembangan Islam dan komunitas Muslim di Jerman tampak memberi dampak yang positif bagi kehidupan masyarakat Jerman. Penerimaan Islam oleh masyarakat Jerman sendiri menunjukkan agama ini memberikan alternatif bagi pemecahan masalah kehidupan mereka. Islam tidak lagi diidentikkan sebagai agama para imigran melainkan agama yang terintegral dari kehidupan mereka sendiri. Integrasi Islam dan kultur mereka inilah yang akan membangun apa yang dikenal sebagai “Euro Islam”.
Sumber: ismail
0 Response to "Sejarah Perkembangan Islam di Jerman "
Posting Komentar