Pengertian Zuhud, Dalil, Ciri, Manfaat, Contoh Prilakunya
A. Zuhud
Bakhil atau kikir adalah buah yang dihasilkan karena orang terlampau cinta kepada dunia, dan sebaliknya kedermawanan adalah buah yang lahir dari sifat zuhud. Dengan dicelanya kikir dan dipujinya kedermawanan, hal ini merupakan petunjuk bahwa zuhud diajarkan dalam Islam. Oleh karena itu, Islam sangat mngajurkan kepada kita sebagi umat Islam supaya memiliki sifat zuhud. Sehingga kita tidak terlena dengan gemerlap dan mewahnya dunia.
1. Pengertian Zuhud.
Zuhud pengertian secara bahasa ialah tidak tertarik Adapun secara istilah zuhud adalah tidak tertarik kepada gemerlap dan kemewahan kehidupan di dunia. Seseorang menjadi tidak tertarik kepada gemerlap dan kemewahan kehidupan di dunia karena ada yang lebih menarik hatinya, yaitu Allah Swt. Orang yang lebih mencintai Allah Swt. (kehidupan di akhirat) daripada gemerlap dan kemewahan dunia disebut zahid.
Firman Allah Swt Q.S. Al Qashash [28]: 77.
Artinya :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
(Q.S. Al Qashash [28]: 77)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kita harus lebih mementingkan kepentingan akhirat daripada kepentingan dunia. Hal ini bukan berarti kita tidak mau memiliki harta dan tidak mau mengenyam nikmat dunia, tetapi kita tidak terpengaruh oleh harta dan nikmatnya dunia dalam mengabdi kepada Allah Swt.
Kehidupan dunia bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat sangat kecil sekali perumpamaannya. Dunia itu bagi orang mukmin sebagai tempat tujuan dalam mematuhi perintah Allah maka berat untuk melaksanakannya. Bahkan dijelaskan dalam hadis Nabi SAW. Dunia bagi orang mukmin bagaikan penjara sedangkan bagi orang kafir bagaikan surga. Kehidupan dunia bagi orang kafir bagaikan surga sebab orang kafir hanya mengikuti nafsu dirinya tidak mempedulikan larangan Allah yang penting senang maka dipenuhi keinginannya.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّتُ الْكَافِرِ (رواه مسلم)
Artinya :
Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra. Dia berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda, "dunia adalah penjara orang mukmin dan surga orang kafir"
(H.R. Muslim)
2. Dua ciri zuhud dalam Islam
a. Zuhud tidak memusuhi dan tidak menolak kehidupan dunia
Nabi Muhammad Saw. menjelaskan hal ini dengan sabda beliau :
”Zuhud di dunia tidak dengan mengharamkan yang halal dan tidak pula membuang harta benda, tetapi zuhud di dunia ialah, bahwa engkau lebih percaya kepada apa yang ada disisi Allah daripada yang ada disisimu”. (H.R. Tirmidzi)
Firman Allah Swt Q.S. Al A’raf [7] : 32
Artinya :
Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat." Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. (Q.S. Al A’raf [7] : 32)
Maksudnya: perhiasan-perhiasan dari Allah dan makanan yang baik itu dapat dinikmati di dunia ini oleh orang-orang yang beriman dan orang-orang yang tidak beriman, sedang di akhirat nanti adalah semata-mata untuk orang-orang yang beriman saja.
Di zaman Rasulullah Saw. Pernah terjadi, ada beberapa orang sahabat yang berusaha untuk hidup secara zuhud, tetapi zuhud yang keliru, yaitu zuhud yang memusuhi kehidupan dunia. Diantara mereka ada yang mengharamkan buat dirinya makan daging, ada yang mengharamkan tidur di malam hari, ada yang bertekad tidak makan di siang hari. Bahkan seorang diantara mereka yang bernama Usman bin Mad’un memutuskan untuk meninggalkan kehidupan perkelaminan dengan istrinya. Lebih jauh lagi Usman bin Mad’un merencanakan untuk mengebiri alat kelaminnya, supaya tidak terganggu mengerjakan ibadah.
Setelah terjadi peristiwa tersebut, keluarlah Hadits Nabi Saw. yang artinya sebagai berikut :
”Betapakah halnya orang-orang yang mengatakan begini dan begitu (Maksudnya mengharamkan perempuan, mengharamkan makan daging, makan siang, tidur malam dan sebagainya). Sesungguhnya saya sendiri salat, tidur (malam), puasa, tetapi berbuka dan mengawini wanita. Barangsiapa tidak suka kepada sunnahku, bukanlah ia termasuk dari golonganku. (Al Hadits)
b. Zuhud bersifat sosial bukan bersifat individual
Zuhud bersifat sosial artinya seseorang dibenar berbuat zuhud dari berbagai kesenangan, kalau hal itu dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat.
Ahli-ahli zuhud yang bersifat sosial banyak terdiri dari orang-orang salih dan ulama-ulama cerdik pandai. Mereka telah merasa cukup dengan kesenangan pribadinya yang lebih sedikit dari yang semestinya, demi untuk kesenangan dan kesejahteraan masyarakat. Zuhud yang demikian yang demikianlah yang dianut Umar bin Khattab.
Umar bin Khattab tidak mau menyenangkan dirinya sendiri, karena menurut pendapatnya, jika ia berbuat demikian, berarti ia memberikan kesempatan kepada para pejabat pemerintah untuk berfoya-foya, sehingga rakyat menjadi korbannya. Dengan demikian kezuhudan Umar bin Khattab adalah untuk kebahagiaan masyarakat.
3. Contoh perilaku zuhud
a. Selalu mensyukuri nikmat yang diberikan Allah Swt., meskipun sedikit
b. Senantiasa merasa cukup dengan harta yang dimilkinya, walaupun hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan primer saja
c. Menggunakan harta yang dimilkinya sebagai penunjang kesempurnaan beribadah kepada Allah
d. Hidup dengan berpenampilan sederhana
e. Lebih mengutamakan cintanya kepada Allah Swt. dibandingkan cintanya kepada dunia
4. Manfaat Zuhud dalam Kehidupan
a. Berkah dalam kehidupan yang sempurna
b. Hidupnya tenteram dan bahagia
c. Mendapatkan pertolongan dari Allah
d. Memperoleh derajat kepemimpinan
e. Dimasukkan ke surga
f. Tidak mudah mengalami putus asa atas rizki yang diterimanya
g. Memungkinkan dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi
h. Melatih ketenteraman batin dalam menjalani kehidupan di dunia ini
i. Bagian dari kesempurnaan iman
sumber:ariffa