Tradisi Membawa Harta Dalam Ritual Penguburan Bangsa Cina Kuno
Masyarakat Cina kuno percaya kehidupan setelah kematian
sangat mirip dengan di dunia. Agar dapat menikmati kehidupan setelah kematian,
untuk itu orang-orang kaya pada masa dinasti Han (206 SM-220M) membawa harta
bendanya untuk ikut dikuburkan ketika mereka mati. Prosesi penguburan mereka
dikatakan rumit. Benda-benda yang biasanya ikut dikubur berupa porselin, benda
perunggu yang indah untuk tempat makanan dan minuman, manekin pelayan, lumbung,
bahkan hewan ternak. Hingga masa Konfesius hidup masih terdapat tradisi bahwa
budak juga harus ikut mati atau ikut dikubur ketika tuannya mati. Tubuh orang
yang meninggal akan ditaruh ke dalam sebuah peti yang mana peti itu akan
dihiasai ukiran dari batu giok atau batu
lain yang diyakini memiliki kekuatan magis.
Semakin
beragam dan mahal barang yang dikuburkaan, menunjukkan bahwa orang yang
dikuburkan kaya atau berpengaruh. Bagi orang-orang penting, patung besar akan
didirikan dan ditempatkan di dekat makam dan paung dari tembikar kecil akan
ditempatkan di peti mati yang mewakili pelayan, pegawai dan penghibur untuk almarhum.
Praktek
pemakaman masyarakat Cina, dalam hal ini upacara ritual dan jenis-jenis barang
bawaan yang akan ikut dikubur akan berbeda-beda setiap era atau dinasti. Meskipun
demikian semua dinasti percaya akan adanya kehidupan setelah kematian sama
seperti kehidupan duniawi, sehingga orang mati juga membutuhkan barang-barang favorit
mereka. Secara garis besar praktik penguburan masyarakat Cina kuno terdiri dari
dua komponen utama. Pertama, makam dan isinya. Kedua upacara atau ritual untuk
menghormati orang mati yang dilakukan di kuil-kuil dan ruang sembayang di rumah
keluarga mereka.
Makam
Kaisar pertama Cina, Qin Shi Huangti menjadi contoh yang paling terkenal dari
praktek penguburan Cina kuno. Makam sang kaisar ini dirancang untuk dapat
melambangkan keadaan atau kondisi dunia pada saat ia memimpin selama hidupnya. Semua
barang yang ia butuhkan termasuk tentara terra cotta dalam wujud patung yang
berjumlah lebih dari 8.000 laki-laki juga ikut dikuburkan.
Di
sebuah situs desa Neolitik yang ada di Banpo ditemukan sebuah makam individu
yang tertanggal 5.000SM, di makam orang dikubur bersama dengan harta dan
alat-alat mereka. Meskipun demikin ritual yang menyertai penguburan ini belum
diketahu. Bagi masyarakat Cina, nenek moyang dianggap memiliki pengaruh penting
pada kehidupan seseorang. Keberadaan mereka di akhirat membutuhkan doa agar
dapat membantu mereka yang telah meninggal dalam transisi ke dunia berikutnya.
Orang
Cina kuno percaya bahwa orang harus bertanggung jawab atas kehidupan mereka
sendiri untuk mendapatkan ketenangan di akhirat. Ada keyakinan bahwa nenek
moyang dikorbankan untuk kebahagiaan generasi mendatang, dan bahwa mengorbankan
seorang anak akan menyenangkan leluhur dan membantu “mengamankan” tempat di
akhirat. Orang mati bisa hidup tenang ketika anak-anak mereka, cucu dan
keturunannya pada masa depan hidup sehat dan sukses. Hidup akan dapat berjalan
dengan baik jika dapat menunjukkan rasa hormat yang tepat untuk nenek moyang
mereka, dan yang mati dianggap mampu mempengaruhi kehidupan untuk lebih baik
atau lebih buruk.
Selain
keyakinan mereka tentang akhirat dan pemujaan leluhur, orang Cina kuno melakukan
adat penguburan rumit. Langkah-langkah dalam upacara pemakaman standar Cina
kuno, pertama, keluarga akan memberikan pemberitahuan publik tentang adanya
kematian. Meraka akan memakai pakaian berkabung tradisional berupa kain putih
dan rami. Mayat akan dimandikan sesuai ritual yang berlaku dan berbagai
persembahan makanan dan harta akan dibakar untuk menghormati warisan mereka.
Berikutnya, nama almarhum akan ditambahkan ke papan leluhur dari keluarga dan
uang akan dibayarkan kepada biksu untuk berdoa agar perjalanan jiwa mereka
tenang di akhirat. Musik akan diatur untuk menemani gerakan tubuh dari rumah
(tempat kematian/ disemayamkan sementara) ke lokasi pemakaman di mana mayat akan
disegel di dalam peti mati. Seluruh penduduk kota atau desa akan datang ke
tempat pemakaman.
Orang
Cina kuno percaya bahwa jiwa orang yang telah mati memiliki dua komponen yaitu yin
dan yang. Yin, atau "po," dikaitkan dengan kuburan, sedangkan yang, atau
"hun," dikaitkan dengan pohon keluarga leluhur. Banyak berpikir bahwa
po yang dikuburkan bersama dengan tubuh, tetapi jiwa yang telah mati akan dinilai
dalam "10 pengadilan neraka." Tanpa penghormatan yang dilakukan oleh
keluarga atau kerabat, jiwa tidak bisa berharap untuk dapat menghindari hukuman
yang keras. “Hun” akan turun ke altar keluarga leluhur, di mana ia bergabung
dengan leluhur keluarga lainnya.
Di
Cina kuno, kebanyakan tradisi yang berkaitan dengan kematian didasarkan pada
keyakinan yang unik yang didapat dari tradisi desa dan anggota keluarga, tidak
terorganisir berdsarkan praktik keagamaan. Tradisi ini sekarang dianggap
sebagai "agama rakyat Cina." Buddhisme, Taoisme dan Konfusianisme
semua berkontribusi untuk pengembangan adat istiadat. Konsep agama yang luas
seperti keselamatan pribadi atau transformasi hanya memainkan peran kecil dalam
praktek Cina kuno tentang kematian.
Selain
tradisi penguburan manusia, masyarakat Cina kuno juga memilki praktek
penguburan kuda seperti lazimnya masyarakat Indo-Eropa. Tindakan ini
menunjukkan bahwa kuda memiliki nilai yang tinggi atau penting dalam budaya
masyarakat. Proses pemakaman kuda adalah bagian dari tradisi yang lebih luas
dari pengorbanan kuda. Kuda juga berkaitan dengan kereta pemakaman, di mana
seluruh kereta, dengan atau tanpa kuda, dimakamkan dengan orang yang sudah
mati.
Kuda
itu membawa arti simbolis yang besar dalam budaya manusia. Di Celtic dan budaya
Jerman, misalnya, kuda "dapat dikaitkan dengan matahari sedang melakukan
perjalanan", dan kuda yang didewakan dan digunakan dalam ramalan, tetapi peristiwa
pengorbanan kuda di Celtic langka atau jarang terjadi sedangkan kuda secara
teratur dikorbankan dan dikubur bersama manusia mati di Jerman dan Skandinavia.
Pentingnya pengorbanan kuda merupakan gambaran simbolik hubungan antara raja
dan kuda.
Kadang-kadang
kuda dikremasi, kadang-kadang dikubur, kadang-kadang mereka ditempatkan di
kuburan yang sama seperti manusia, kadang-kadang dalam lubang yang berbeda. Beberapa
budaya tampaknya mendukung penguburan kuda untuk prajurit laki-laki, tetapi
budaya lain tidak membedakan jenis kelamin.
Sumber:
https://www.dur.ac.uk/