Sistem Panas Bumi Non-Vulkanik
Sistem panas bumi pada lingkungan non-vulkanik pada
umumnya membentuk temperatur reservoir atau entalpi rendah hingga sedang
yaitu mencapai temperatur 200 derajad celcius dengan kedalaman
bervariasi. Potensi panas bumi pada lapangan non-vulkanik ini pada
umumnya memiliki potensi lebih besar dari 50 MW (Anonim, 2010).
Lingkungan non-vulkanik di Indonesia bagian barat pada umumnya tersebar
di bagian timur Paparan Sunda (Sundaland) karena pada daerah tersebut
didominasi oleh batuan yang merupakan penyusun kerak benua asia (batuan
metamorf dan sedimen), contohnya seperti yang ada di wilayah Pulau
Bangka.
Sementara itu, di wilayah Indonesia bagian timur lingkungan non-vulkanik
berada di daerah lengan dan kaki Sulawesi serta daerah Kepulauan Maluku
hingga Papua yang didominasi oleh batuan granitik, metamorf dan sedimen
laut. Tipe sistem panas bumi di lingkungan non-vulkanik dapat dijumpai
juga di Pulau Kalimantan termasuk diantaranya di perbatasan Kalimantann
Timur dengan Sabah (Malaysia). Sistem panas bumi non vulkanik mempunyai
batasan yang diasumsikan sebagai berikut:
- Sistem panas buminya tidak berhubungan dengan vulkanisme Kuarter,
- Terdapat pada lingkungan sedimen, plutonik, dan metamorf,
- Berhubungan dengan proses tektonik,
- Manifestasi panas bumi umumnya hanya dicirikan oleh pemunculan mata air panas.
Lund (2007) juga Hochstein dan Browne (2000) berbendapat bahwa
tipe/jenis sistem panas bumi yang terkait dengan lingkungan non-vulkanik
terbagi menjadi 5 sistem, yaitu:
- Sistem Panas Bumi Geopressure
- Sistem Panas Bumi Cekungan Sedimen
- Sistem Panas Bumi Hot Dry Rock
- Sistem Panas Bumi Radiogenik
- Sistem Panas Bumi Heat Sweep
Sistem Panas Bumi Geopressure
Pembentukan sistem geopressure berkaitan dengan bagian dalam cekungan
sedimen, dalam hal ini terjadi proses sedimentasi berlangsung begitu
cepat sehingga memungkinkan fluida-fluida yang ada ikut terperangkap
oleh lapisan sedimen yang bersifat impermeable pada tekanan yang tinggi.
Sistem panas bumi yang berhubungan dengan geopressure ataupun yang
berada di lingkungan sedimentasi umumnya memiliki depresi yang sangat
tebal, dengan kedalaman 3 km sampai dengan 4 km, pada suhu berkisar
antara 90 derajad celcius sampai dengan 120 derajad celcius, seperti
yang terdapat pada sistem panas bumi di Pantai Teluk Lousiana dan Texas,
Amerika Serikat. Di Indonesia, sistem geopressure dapat dijumpai pada
lapangan Duri (Cekungan Sumatera Tengah), Kalimantan Timur (Cekungan
Tarakan-Kutai Timur), Jawa Timur (Madura), Pulau Buru, dan Papua
(Manokwari).
Gambar Sistem Panas Bumi Geopressure (Bebout, dkk., 1978 dalam Lund, 2007). |
Sistem Panas Bumi Cekungan Sedimen
Sistem panas bumi ini berkaitan dengan pembentukan cekungan sedimen yang
terisi secara cepat oleh produk sedimentasi, sehingga fluida
hidrotermal yang terbentuk mengalami tekanan tinggi. Akuifer yang
terbentuk pada cekungan sedimen yang sebagian terisi oleh air laut,
dalam hal ini sedimen marin dapat mengandung hingga 60% air laut yang
dapat terperangkap saat proses kompaksi dan litifikasi (pembentukan
batuan). Cekungan sedimentasi terkadang mengandung sekuen evaporit yang
dapat menambah kandungan Cl dan SO4. Tidak banyak dari sistem ini yang
telah dieksplorasi, sehingga pemahaman terhadap sistem ini masih sangat
terbatas.
Gambar Sistem Panas Bumi pada Cekungan Sedimen (Anderson & Lund, 1979). |
Sistem Panas Bumi Hot Dry Rock
Pada prinsipnya sistem panas bumi Hot Dry Rock menggunakan panas yang
tersimpan dalam batuan impermeable, dimana untuk mengekstraksi energi
panas, sistem dibuat menyerupai sistem konvekstif dengan cara membuat
rekahan artifisial pada batuan yang diikuti dengan injeksi air dingin
pada lapisan batuan impermeable yang mengandung panas, sehingga air
dingin tersebut terpanaskan dan digunakan untuk pembangkit tenaga
listrik. Sistem panas bumi ini belum digunakan secara umum, hanya
beberapa negara saja yang pernah melakukan dalam skala eksperimen,
seperti Amerika Serikat (New Mexico) dan Jepang.
Gambar Ilustrasi Penggunaan Sistem Hot Dray Rock (Lund, 2007). |
Sistem Panas Bumi Radiogenik
Sistem panas bumi radiogenik berkaitan dengan peristiwa peluruhan
unsur-unsur radioaktif seperti uranium, thorium, dan potasium yang dapat
menghasilkan sumber panas. Umumnya sistem panas bumi ini dapat
ditemukan pada batuan plutonik (intrusi batuan granit). Lapangan panas
bumi di Pulau Bangka diperkirakan merupakan hasil proses radiogenik.
Gambar Sistem Panas Bumi Radiogenik (Anderson & Lund, 1979). |
Sistem Panas Bumi Heat Sweep
Hochstein dan Browne (2000) menyebutkan bahwa sistem panas bumi ini
berkaitan dengan sistem zona rekahan pada kedalaman yang cukup dalam
pada daerah yang memiliki heat flow yang tinggi. Sistem panas bumi heat
sweep yang terjadi pada tumbukan antar lempeng (plate collision), sumber
panasnya berupa kerak benua yang mengalami deformasi (shearing). Dalam
hal ini, infiltrasi air hujan maupun air meteorik masuk melalui rekahan
dan menyapu sumber panas, kemudian mengalir menuju permukaan kembali.
Sistem ini banyak ditemukan di daerah Tibet, Yunan Barat dan Utara,
serta di India.
Sementara itu, sistem heat sweep pada jalur pemekaran lempeng aktif
terletak disepanjang kerak bumi, dimana sumber panasnya berasal dari
batuan intrusi. Model sistem panas bumi heat sweep pada jalur pemekaran
lempeng aktif dapat dijumpai di Tanzania Utara, Kenya, dan Ethopia.
Gambar Konseptual Model Sistem Heat Sweep pada Jalur Pemekaran Lempeng Aktif (Hochstein & Browne, 2000). |
sumber :
Hochstein, M.P,. Browne, P.R.L, 2000. Surface Manifestation of
Geothermal Systems With Volkanic Heat Sources, Editors: Haraldur
Sigurdsson, Encyclopedia of Volcanoes, Academic Press, pp.835-855.
Lund,JW., 2007. Characteristic, Development and Utilization of Geothermal Resources, GHC-Bulletin.
Anonim, 2010. Potensi Pengembangan Sumberdaya Panas Bumi Indonesia, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral.